SAPU COMMUNITY

SAPU COMMUNITY
Serdadu Alumni-UKKI Peduli Ukhuwah

Perpus Mini

Kami juga punya kumpulan buku2 menarik, untuk meminjamnya silakan hubungi crew kami atau lewat Facebook kami, atau email kami di: uwp.ukki@yahoo.com

Indahnya berbagi

Indahnya berbagi
Indahnya kebersamaan (mahasiswa aktivis UKKI & dosen UWP)

Iman tanpa ilmu pincang, Ilmu tanpa iman buta

Minggu, 17 Januari 2010

Puisiq

MURKA*
Keruh rasa samudra ini
tiap hari ternodai,
benih riyak dengki
acap kali mewarnai.
KeEsaanMU yg hak
kian laun tak tampak.
Sombong dan congkak
menutup kecerdasan otak,
kilauan tipu dunia
jadi pedoman manusia.
sifat kasih serta iba
terkubur lalu musnah.
gejala akhir buana
terus akan terasa
karena smua..
Ulah tangan murka

by:1btg rokok

Jumat, 15 Januari 2010

Kata Hikmah

Hidup memang rumit
Tapi tak tercipta tuk buat hati kita sempit
Masa lalu memang tak bisa luput
Tapi bukan tuk buat kita takut
Masa depan memang impian
Tapi bukan tuk buat kita hanyut dalam lamunan
Sesungguhnya hidup adalah pilihan
Dimana semua akan dipertanggungjawabkan
diposkan oleh:yew

Kata Hikmah

Tubuh hanyalah jasad pembungkus
Ia bisa berubah dalam hitungan beberapa tahun
Tapi hati yang baik
Dan budi pekerti yang luhur
Takkan berubah sepanjang hidup
diposkan oleh:Lik

Mutiara Hadist

Abu Darda Rad menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda : “Do’a seorang Muslim dari jauh untuk saudaranya adalah mustajabah (terkabulkan), diatas kepalanya ada seorang malaikat yang diwakilkan, setiap kali ia mendoakan saudaranya dengan kebaikan maka malaikat yang diwakilkan itu akan berkata, ‘Ya Allah, kabulkanlah dan bagimu seperti apa yang kamu doakan’.” (Shahih Muslim:88/2733)
diposkan oleh:Fadhil

Puisiq

HIDAYAH DARI SANG FAKIR

Hasrat hati ingin memiliki
naluri jiwa ingin merajai
Merangkai apa yang dijemari
Yang semakin erat untuk digenggam
Kadang tamak,kadang serakah
Gemuruh ego bergolak di sanubari
Ketika hidayah menyusuri lorong hati
Naluri terdalam tak sanggup mendusta
Melihat rintih sang fakir yang tak berdaya
Tertelungkup diantara para kurawa
Meratap hati melihat hidup
Yang semakin menghimpit dan menjepit
Mungkin hatinya menjerit..
Air matanyapun mulai mengering
Namun tangannya tak henti memberi
Walau hanya seteguk air yang dimiliki
Malu diri menatap apa yang terjadi
Pandangan tertunduk melihat hina diri
Harta memang tak pernah abadi
Kekikiran takkan memperkaya diri
Keegoan & kecongkakan takkan mempertinggi hati
Kedudukan sang fakir akan jauh lebih berarti
Dari diri yang tak pernah mau berbagi
Andai hidup saling peduli
Dunia takkan saling tumpang tindih
(yew)

Semangat Baru Tahun Hijriyah

TAHUN BARU SEMANGAT BARU UNTUK BERHIJRAH

Tak terasa kita telah mengawali tahun baru hijriyah tahun 1431 H (Tahun Baru Islam bertepatan pada tanggal 1 Muharram). Tahun Baru Islam 1431 Hijriah jatuh pada tanggal 18 Desember 2009 kalender masehi. Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut. Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun.
Momentum awal penentuan Kalender/Tahun baru Hijriyah adalah masa Khulafaur Rasyidin. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad. Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah.
Para ahli bahasa berbeda pendapat dalam mengartikan kata “hijrah” namun kesemuanya berkesimpulan bahwa hijrah adalah menghindari/menjauhi diri dari sesuatu, baik dengan raga, lisan dan hati. Hijrah dengan raga berarti pindah dari suatu tempat menuju tempat lain, seperti firman Allah, “dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka” (An-Nisa: 34), dan hijrah dengan lisan berarti menjauhi perkataan kotor dan keji, seperti firman Allah, “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik” (Muzammil: 10), sementara hijrah dengan hati berarti menjauhi sesuatu tanpa menampakkan perbuatan, seperti firman Allah, “Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan’ “. (Al-Furqan: 30). Dan bisa juga berarti dengan semuanya, seperti firman Allah, “dan perbuatan dosa, maka jauhilah” (Al-Muddatstsir: 5)
Dengan berbagai faktor yang melatarbelakangi, hijrah dilakukan untuk membangun suatu tatanan kehidupan yang lebih modern, dalam teks berikutnya dikenal dengan istilah masyarakat Madani (civil society). Itulah cita-cita yang akan dibangun dalam komunitas masyarakat di Madinah.Kondisi yang ada di masa lalu tersebut, sampai saat ini masih relevan untuk diambil hikmahnya sebagai bagian dari pembelajaran sejarah. Sebab, sejarah merupakan suatu rangkaian kehidupan yang selalu berulang. Namun, yang membedakannya adalah para pelakunya; demikian para sejarawan mengatakan. Atas dasar itu, relevansi yang dapat dikaitkan adalah upaya menuju perbaikan dalam kualitas hidup bersama. Tujuannya adalah agar hidup berdampingan dalam kondisi yang lebih baik.Tetapi fakta menunjukkan, pada saat awal tahun baru hijriyyah, sebagian dari kaum muslim merayakannya sama halnya dengan tahun baru masehi. Dimana pesta pora dan ritual-ritual khusus dilakukan dengan alasan ingin menyambut tahun baru dengan suka cita. Hal ini dlakukan dengan mengadopsi budaya negeri barat yang identik dengan kemeriahan menjelang tutup tahun, baik pesta narkoba, kembang api, dugem, hingga free sex. Padahal baik secara sadar maupun tidak sadar, jika kita ikut mengadopsi budaya tersebut, maka kita tidak jauh beda dengan mereka. “Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Daud)
Setiap kita memasuki tahun baru harusnya muncul kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, di mana kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepadaNya, bahkan kita sering mengaktualisasaikan diri kita sebagai hamba dunia. Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia.
Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesaraNya dengan menyaksikan ketaraturan dan kerapian ciptaanNya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepadaNya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya. Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah SAW. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur'an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini
"Seorang mu'min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali". ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permulaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Sebagai generasi muda yang nota bene merupakan “The Agent of Change”, sudah selayaknya jika kita menjadi pioner dalam perubahan paradigma yang berkembang di masyarakat dimana awal tahun baru disambut dengan suka cita melalui pesta pora. Mari kita berbenah diri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai saat ini juga. Selamat memulai tahun baru dan selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.
Allah berfirman, “Barang siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An-Nisa: 100)

Seputar UKKI-UWP

Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) Universitas Wijaya Putra adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di WIPA/UWP. Kami anggota UKKI adalah umat muslim yang ingin dan ingin untuk terus belajar. Belajar tidak hanya berasal dari buku walaupun buku adalah jendela dunia.Kami juga belajar dari pengalaman dan sharing bersama teman2.Motto kami adalah "Lakukan yang terbaik dengan ikhlas hanya karena Allah".Semoga langkah kami selalu dalam ridhoNya